-->

Inna dan Saudara-saudaranya

Inna dan Saudara-saudaranya merupakan salah satu diantara huruf yang dapat me-nasikh ibtida, Ia berfungsi me-nashab-kan mubtada dan me-rafa'-kan khabar. Yang di-nashab-kan disebut sebagai isim-nya (isim inna), dan yang di-rafa'-kan disebut khabar-nya (khabar inna).
Inna dan saudara-saudaranya ada enam huruf, yaitu sebagai berikut:

  1. إِنَّ  (Inna)
  2. أَنَّ (Anna)
    Inna dan Anna digunakan untuk menguatkan/mengukuhkan maksud pembicaraan (taukid nisbah) dan menghilangkan keragua-raguan, seperti firman Allah ta'ala berikut:
    فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
    "Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al-Baqarah: 192).

    ذَلِكَ بِأَنَّ الله هُوَ اْلحَقُّ
    "Kuasa Allah - yang demikian itu adalah karena sesungguhnya, Allah Dialah Tuhan Yang Haq". (Al-Hajj:62).
  3. كَأَنَّ untuk menyerupakan makna yang dikukuhkan/dikuatkan (tasybih), contoh:
    كَأَنّ زَيْدًا أَسَدٌ = Seakan-akan Zaid singa.
  4.  لَكِنَّ untuk istidrak (susulan), contoh:
    زَيْدٌ شُجَّاعٌ لَكِنَّ بَخِيْلٌ = Zaid seorang pemberani, tetapi dia bakhil (pelit).
  5. لَيْتَ untuk mengharapkan sesuatu yang mustahil (tamanni), contoh:
    لَيْت الشَّبَابَ عَائِدٌ = Kiranya masa muda dapat kembali.
  6. لَعَلَّ untuk mengharapkan sesuatu yang mungkin saja terjadi (tarajji), contoh:
    لَعَلَّ زَيْدًا قَادِمٌ = Mudah-mudahan Zaid datang
    ada juga لَعَلَّ  yang digunakan untuk hal-hal yang mengenai dengan yang tidak disukai, contoh:
    لَعَلَّ عَمْرًا هَالِكٌ = Barangkali 'Amr binasa.

Kedudukan Khabar Inna dan Saudara-saudaranya

Khabar dari keenam huruf yang disebutkan di atas mendahului huruf-hurufnya (Inna dan saudara-saudaranya), dan tidak boleh ditengahi-tengahi antara huruf dan isim-nya, kecuali apabila berbentuk zharaf atau jar majrur, seperti firman Allah berikut:

إِنَّ لَدَيْنَا اَنْكَالًا
"Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat". (al-Muzammil:12).

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً
"Sesungguhnya yang demikian itu terdapat pelajaran". (Ali-Imran:13).
Keterangan:
  • Lafazh لَدَيْنَا adalah zharaf yang berkedudukan sebagai khabar yang mendahulu isim inna.
  • Lafazh فِي ذَلِكَ adalah jar majrur yang berkedudukan sebagai khabar yang mendahulu isim inna.

Inna Wajib Kasrah pada Enam Tempat

Lafazh inna dengan hamzah yang dikasrahkan terletak pada enam tempat:
  • Apabila inna terletak pada permulaan pembicaraan, seperti firman Allah:

    إِنَّ اَنْزَلْنَاهُ
    "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran". (Al-Qadr:1).
  • Apabila inna terletak sesudah lafazh أَلاَ dan dijadikan makna istiftaahiyyah (pembukaan) kalam, seperti firman Allah:

    أَلاَ إِنَّ اَوْلِيَاءَ اللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ
    "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka". (Yunus:62).
  • Apabila inna terletak setelah lafazh حَيْثُ, contoh:

    جَلَسْتُ حَيْثُ إِنَّ زَيْدًا جَالِسٌ
    = Aku duduk di tempat yang sesungguhnya Zaid duduk.
  • Apabila inna terletak sesudah qasam, seperti firman Allah berikut:

    وَاْلكِتَابِ اْلمُبِيْنِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ 

    "Demi kitab (Al-Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya"
    . (Ad-Dukhaan:2-3).
  • Hendaknya inna terletak sesudah lafazh yang mengandung ucapan (al-qaul), seperti firman Allah berikut:

    قَالَ إِنِّيْ عَبْدُ اللهِ
    Berkata isa: "sesungguhnya aku ini hamba Allah"
    . (Maryam:30).
  • Apabila di dalam khabarnya masuk lam ibtida, seperti firman Allah:

    وَاللهُ يَعَلَمُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُهُ
    "Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya". (Al-Munaafiquun:1).

    وَاللهُ يَسْهَدُ إِنَّ اْلمُنَافِقِيْنَ لَكَافِرُوْنَ
    "Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang-orang pendusta". (Al-Munaafiquun:1).

Anna Wajib Fathah pada Lima Tempat

Anna wajib di-fathah-kan apabila berada pada lima tempat berikut:
  1. Apabila menduduki tempat fa'il yaitu lafazh anna dan amalnya ditakwil mashdar karena menjadi fa'il, seperti firman Allah ta'ala:

    اَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا اَنْزَلْنَا......

    "Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya kami telah menurunkan
    .....(al-Ankabut:51).

    Lafazh أَنَّا dan seterusnya ditakwil mashdar; menjadi fa'il dari lafazh يَكْفِهِمْ , yakni اَوَلَمْ يَكْفِهِمْ اِنْزَالُنَا.
  2. Apabila menduduki tempat naibul fa'il, seperti firman Allah ta'ala:

    قُلْ اُوْحِيَ اِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ اْلجِنِّ

    Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya, telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Quran)
    . (Al-Jin:1).
  3. Apabila menduduki tempat maf'ul, seperti firman Allah:

    وَلاَتَخَافُوْنَ أَنَّكُمْ اَشْرَكْتُمْ باللهِ
    "Padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah"
    . (al-An'am:81)

    Lafazh أَنَّكُمْ اَشْرَكْتُمْ dan seterusnya menjadi maf'ul lafazh لاَتَخَافُوْنَ.
  4. Apabila menduduki tempat mubtada, seperti firman Allah:

    وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى اْلأرْضَ خَاشِعَةً

    "Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus".
    (Fushishilat:39).
  5. Apabila masuk harus jar atau bisa dikatakan didahului oleh huruf jar, seperti pada firman Allah ta'ala:

    ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ اْلحَقُّ

    "(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak"
    . (Al-Hajj:62).


Boleh Mem-fathah-kan atau Meng-kasrah-kan Huruf Hamzah Inna

Berikut syarat-syarat bolehnya Mem-fathah-kan atau Meng-kasrah-kan Huruf Hamzah Inna:

  • Apabila inna terletak sesudah fa jawab, seperti yang terdapat pada firman Allah ta'ala:
    مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ إِلَى قَوْلِهِ فَأنَّهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
    "Barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kalian sampai dengan firman-Nya: Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
    . (al-An'am:54).

    Lafazh فَأنَّهُ terletak sesudah fa jawab, maka boleh dibacakan فَأنَّهُ atau فَإِنَّهُ.
  • Apabila inna terletak sesuadah idzaa alfujaiyyah, contoh:

    خَرَجْتُ فَإِذًا إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ
    = Aku keluar, tiba-tiba Zaid benar-benar berdiri.
  • Demikian pula boleh mem-fathah-kan atau meng-kasrah-kan apabila inna berada pada kedudukan ta'lil, seperti yang terdapat pada firman Allah ta'ala:

    نَدْعُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلبَرُّ الرَّحِيْمُ

    "Kami menyembah-Nya, karena sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang". (Ath-Thur:28)

    Atau seperti:

    لَبَّيْكَ إِنَّ اْلحَمْدَ والنِّعْمَةَ لَكَ

    Kupenuhi panggilan-Mu, karena sesungguhnya segala puji dan nikmat bagi-Mu

Lam Ibtida Memasuki Inna

Lam ibitida dapat masuk sesudah inna dengan hamzah yang di-kasrah-kan, yaitu pada empat hal berikut:

  1. Pada khabar inna dengan syarat keadaannya diakhirkan dan mutsbat (tidak dinafikan), seperti yang terdapat pada firman Allah ta'ala:

    إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيْعُ اْلعِقَابِ
    "Sesunguhnya Rabbmu sangat cepat siksaan-Nya"
    . (al-A'raf:167)

    وَإِنَّهُ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
    "Dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang"
    . (al-A'raf:167).
  2. Pada isim inna dengan syarat, hendaknya diakhirkan dari khabar-nya, seperti pada firman Allah:

    إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً
    "Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran".

    Lafazh لَعِبْرَةً berkedudukan sebagai isim inna yang diakhirkan dari khabar-nya, yaitu lafazh فِي ذَلِكَ.
  3. Pada dhamir pemisah (fashl), seperti هُوَ، هُمْ dan sebagainya yang terletak ditengah-tengah antara mubtada dan khabar-nya, seperti pada firman Allah ta'ala:

    إِنَّ هَذَا لَهُوَ اْلقَصَصُ اْلحَقُّ
    "Sesungguhnya ini adalah kisah yang
    benar-benar". (Ali-Imran:62).

    Lafazh هَذَا berkedudukan sebagai isim inna, sedangkan lafazh لَهُوَ meruapakan dhamir fashl yang dimasuki oleh lam ibtida, dan lafazh اْلقَصَصُ berkedudukan sebagai khabar inna.
  4. Pada ma'mul khabar dengan syarat ma'mul-nya mendahului khabar-nya. Contoh:

    إِنَّ زَيْدًا لَعَمْرًا ضَارِبٌ = Sesungguhnya Zaid benar-benar orang yang memukul 'Amr.

    Lafazh لَعَمْرًا berkedudukan sebagai maful dari lafazh ضَارِبٌ , dan lafazh زَيْدًا sebagai isim inna. Asalnya adalah إِنَّ زَيْدًا ضَارِبُ عَمْرًا


Menyambungkan Maa kepada Huruf Inna dan saudara-saudaranya

Menyambungkan maa zaidah kepada huruf inna dan saudara-saudaranya akan membatalkan amal-nya.
Contoh: إِنَمَا اللهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ = Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa. (An-Nisa:171).

Begitu juga pada firman Allah ta'ala berikut:

قُلْ إِنَّمَا يُوْحَىْ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهٌ وَّاحِدٌ = katakanlah:"sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah. bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa". (Al-Anbiya:108).

Contoh lain:

كَأَنَّمَا زَيْدٌ قَائِمٌ = Seakan-akan Zaid berdiri
وَلَكِنَّمَا زَيْدٌ قَائِمٌ = Akan tetapi Zaid berdiri
وَلَعَلَّمَا زَيْدٌ قَائِمٌ = Mudah-mudahan Zaid berdiri

Namun ada pengecualian pada lafazh laita. Meskipun disambungkan dengan maa, pada laita boleh mengamalkan dan adapula yang tidak boleh.
Contoh:

لَيْتَمَا زَيْدًا قَائِمٌ = Seandainya saja Zaid berdiri.

Dengan menashabkan lafazh Zaid, namun kalau kita ingin membacanya dengan me-rafa'-kannya hukumnya boleh. Contoh: لَيْتَمَا زَيْدٌ قَائِمٌ = Seandainya saja Zaid berdiri.

Lafazh Inna Ditakhfifkan (Tidak Memakai Taysdid)

Bila إِنَّ dengan hamzah yang di-kasrah-kan diringankan dengan dibaca إِنْ (takhfif), kebanyakan membatalkan pengamalannya, seperti yang terdapat pada ayat berikut:

إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ
"Sesunguhnya setiap jiwa yakin ada penjaganya". (at-Thariq:4).

Asalnya adalah  إِنَّ كُلَّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ. Namun Sedikit sekali yang mengamalkannya. Contoh yang beramal seperti yang terdapat pada ayat berikut:

وَإِنّ كُلًّا لَّمَّا لَيُفِّيَنَّهُمْ 
"Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup". (Hud:111).

Hal yang demikian itu dalam qiraat orang yang men-takhfif-kan inna dan lammaa pada kedua ayat tersebut.

Apabila hal yang dimaksud di-mahmul-kan (meniadakan pengamalan ini), maka khabar-nya wajib disertai lam ibtida yaitu untuk membedakan in yang berasal dari inna dan in yang bermakna nafi.

Ketentuan bagi Anna yang Ditakhfifkan

Apabila anna dengan hamzah yang di-fathah-kan di-takhfif, maka amalnya masih tetap berlaku seperti sediakala, tetapi isim-nya wajib berupa dhamir sya-n yang dibuang. Khabar-nya wajib berbentuk jumlah fi'liyyah atau ismiyyah seperti yang terdapat pada firman Allah berikut:

عَلِمَ أَنْ سَيَكُوْنُ
"Dia mengeetahui bahwa akan ada.... (Al-Muzammil:20).

Taqdirnya adalah عَلِمَ أَنَّهُ.

Mentakhfifkan Ka-anna menjadi Ka-an

Apabila Ka-anna di-takhfif-kan sehingga menjadi ka-an, maka amalnya masih tetap berlaku seperti sediakala, boleh membuang isim-nya dan boleh pula menyebutnya, seperti dalam ungkapan penyair berikut:

كَأَنْ ظَبْيَةً تَعْطُوْ إِلَى وَارِقِ السَّلْمِ
Seakan-akan kijang itu memanjat pohon berduri yang daunnnya rimbun

Apabila lafazh لَكِنَّ di-takhfif-kan, maka wajib meniadakan pengamalannya.

Terimakasih telah membaca artikel Inna dan Saudaranya Inna, semoga bermanfaat. 
loading...

0 Response to "Inna dan Saudara-saudaranya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel